Jumat, 06 Januari 2012

" Sehari di Kediaman Rasulullah "

Oleh : Abdul Malik bin Muhammad bin Abdur Rahman Al-Qasim
Kasih Sayang Rasulullah Kepada Anak-Anak

Orang-orang yang keras hati tidak akan mengenal kasih sayang. Tidak ada sedikitpun kelembutan pada diri mereka. Hati mereka keras bagaikan karang. Kaku tabiat, baik ketika memberi maupun menerima. Kurang peka perasaan, lagi tipis peri kemanusiannya. Berbeda halnya dengan orang yang dikaruniai Allah Ta'ala hati yang lembut, penuh kasih sayang lagi penuh kemurahan. Dialah yang layak disebut pemilik hati yang agung penuh cinta. Hati yang diliputi dengan kasih sayang dan digerakkan oleh perasaan yang halus.Dari Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: "Rasulullah pernah membawa putra beliau bernama Ibrahim, kemu-dian mengecup dan menciumnya." (HR. Al-Bukhari)


Kasih sayang tersebut tidak hanya terkhusus bagi kerabat beliau saja, bahkan beliau curahkan juga bagi segenap anak-anak kaum muslimin. Asma' binti 'Umeis Radhiallaahu anha -istri Ja'far bin Abi Thalib- menuturkan: "Rasulullah datang menjengukku, beliau memanggil putra-putri Ja'far. Aku melihat beliau mencium mereka hingga menetes air mata beliau. Aku bertanya: "Wahai Rasu-lullah, apakah telah sampai kepadamu berita tentang Ja'far?" beliau menjawab: "Sudah, dia telah gugur pada hari ini!" Mendengar berita itu kamipun menangis. Kemudian beliau pergi sambil berkata: "Buatkanlah makanan bagi keluarga Ja'far, karena telah datang berita musibah yang memberatkan mereka." (HR. Ibnu Sa'ad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Ketika air mata Rasulullah menetes menangisi gugurnya para syuhada'
tersebut, Sa'ad bin 'Ubadah Radhiallaahu anhu bertanya: "Wahai Rasulullah,
Anda menangis?" Rasulullah menjawab:
"Ini adalah rasa kasih sayang yang Allah Ta'ala letakkan di hati
hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya hamba-hamba yang dikasihi Allah Ta'ala
hanyalah hamba yang memiliki rasa kasih sayang." (HR. Al-Bukhari)

Ketika air mata Rasulullah menetes disebabkan kematian putra beliau bernama
Ibrahim, Abdurrahman bin 'Auf Radhiallaahu anhu bertanya kepada beliau:
"Apakah Anda juga menangis wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab:
"Wahai Ibnu 'Auf, ini adalah ungkapan kasih sayang yang diiringi dengan
tetesan air mata. Se-sungguhnya air mata ini menetes, hati ini bersedih,
namun kami tidak mengucapkan kecuali yang diridhai Allah Ta'ala. Sungguh,
kami sangat berduka cita berpisah denganmu wahai Ibrahim." (HR. Al-Bukhari)

Akhlak Rasulullah yang begitu agung memo-tivasi kita untuk meneladaninya
dan menapaki jejak langkah beliau. Pada zaman sekarang ini, curahan kasih
sayang terhadap anak-anak serta menempatkan mereka pada kedudukan yang
semestinya sangat langka kita temukan. Padahal mereka adalah calon pemimpin
keluarga esok hari, mereka adalah cikal bakal tokoh masa depan dan cahaya
fajar yang dinanti-nanti. Kejahilan dan keangkuhan, dangkalnya pemikiran
serta sempitnya pandangan menyebabkan hilangnya kunci pembuka hati terhadap
para bocah dan anak-anak. Sementara Rasulullah , kunci pembuka hati itu ada
di tangan dan lisan beliau.

Cobalah lihat, Rasulullah senantiasa membuat anak-anak senang kepada
beliau, mereka menghormati dan memuliakan beliau. Hal itu tidaklah
mengherankan, karena beliau menempatkan mereka pada kedudukan yang tinggi.

Setiap kali Anas bin Malik melewati sekumpulan anak-anak, ia pasti
mengucapkan salam kepada mereka. Beliau berkata: "Demikianlah yang
dilakukan Rasulullah ." (Muttafaq 'alaih)

Meskipun anak-anak biasa merengek dan mengeluh serta banyak tingkah, namun
Rasulullah tidaklah marah, memukul, membentak dan menghardik mereka. Beliau
tetap berlaku lemah lembut dan tetap bersikap tenang dalam menghadapi mereka.

Dari 'Aisyah Radhiallaahu anha ia berkata: "Suatu kali pernah dibawa
sekumpulan anak kecil ke hadapan Rasululla, lalu beliau mendoakan mereka,
pernah juga di bawa kepada beliau seorang anak, lantas anak itu kencing
pada pakaian beliau. Beliau segera meminta air lalu memer-cikkannya pada
pakaian itu tanpa mencucinya." (HR. Al-Bukhari)

Wahai pembaca yang mulia, engkau pasti menge-tahui bahwa duduk di rumah
Rasulullah merupakan sebuah kehormatan. Lalu, tidakkah terlintas di dalam
lubuk hatimu? Bermain dan bercanda ria dengan si kecil, putra-putrimu?
Mendengarkan tawa ria dan celoteh mereka yang lucu dan indah? Ayah dan
ibuku sebagai tebusannya, Rasulullah selaku nabi umat ini, melakukan semua
hal itu.

Abu Hurairah Radhiallaahu anhu menceritakan: "Rasulullah pernah menjulurkan
lidahnya bercanda dengan Al-Hasan bin Ali Radhiallaahu anhu. Iapun melihat
merah lidah beliau, lalu ia segera menghambur menuju beliau dengan riang
gembira." (Lihat Silsilah Shahihah no.70)

Anas bin Malik Radhiallaahu anhu menuturkan: "Rasulullah sering bercanda
dengan Zainab, putri Ummu Salamah Radhiallaahu anha, beliau memanggilnya
dengan: "Ya Zuwainab, Ya Zuwainab, berulang kali." (Zuwainab artinya:
Zainab kecil) (Lihat Silsilah Hadits Shahih no.2141 dan Shahih Al-Jami' 5-25)

Kasih sayang beliau kepada anak tiada batas, meskipun beliau tengah
mengerjakan ibadah yang sangat agung, yaitu shalat. Beliau pernah
mengerjakan shalat sambil menggendong Umamah putri Zaenab binti Rasulullah
dari suaminya yang bernama Abul 'Ash bin Ar-Rabi'. Pada saat berdiri,
beliau menggendongnya dan ketika sujud, beliau meletakkannya. (Muttafaq
'alaih)
Mahmud bin Ar-Rabi' Radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Aku masih ingat saat
Rasulullah menyemburkan air dari sebuah ember pada wajahku, air itu diambil
dari sumur yang ada di rumah kami. Ketika itu aku baru berusia lima tahun."
(HR. Muslim)

Rasulullah senantiasa memberikan pengajaran, baik kepada orang dewasa
maupun anak-anak. Abdullah bin Abbas menuturkan: "Suatu hari aku berada di
belakang Nabi , beliau bersabda:
"Wahai anak, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: "Jagalah
(perintah) Allah, pasti Allah akan menjagamu. Jagalah (perintah) Allah,
pasti kamu selalu mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah
kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada
Allah." (HR. At-Tirmidzi)

Telah kita saksikan bersama keutamaan akhlak dan keluhuran budi pekerti
serta sejarah kehidupan yang agung. Semoga semua itu dapat menghidupkan
hati kita dan dapat kita teladani dalam mengarungi bahtera kehidupan.
Putra-putri yang menghiasi rumah kita, selalu membutuhkan kasih sayang
seorang ayah serta kelembutan seorang ibu. Membutuhkan belaian yang membuat
hati mereka bahagia. Sehingga mereka dapat tumbuh dengan pribadi yang luhur
dan akhlak yang lurus. Siap untuk memimpin umat, sebagai buah karya dari
para ibu dan bapak, tentu saja dengan taufik dari Allah Subhanahu wa Ta'ala




Tidak ada komentar:

Posting Komentar